Sejarah Asal Usul Pasuruan
Dahulu kala Pada
abad ke-17, lahirlah
seorang anak yang bernama Untung Suropati nama aslinya Surawiroaji.
Menurut Babad Tanah Jawi ia berasal dari Bali. Dia dilahirkan dari seorang ibu
yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Nama Untung Suropati merupakan nama
pemberian neneknya. Nama itu memiliki maksud agar putranya selalu beruntung
selama hidupnya. Sejak
Untung Suropati berumur 15 tahun, ibunya meninggal dunia dan dia menjadi anak
angkat Belanda. Meskipun begitu, Untung Suropati sangat membenci Belanda,
tetapi dia tidak mengungkapkan secara langsung kepada orang tua angkatnya.
Waktu terus berjalan. Untung mulai berani melawan Belanda beserta pasukannya. Atas keberanian tersebut, Untung Suropati harus masuk penjara di Batavia (yang sekarang menjadi Jakarta). Selama Untung Suropati berada dalam penjara, kebenciannya terhadap Belanda meluap-luap. Oleh sebab itu, Untung selalu berusaha menyadarkan rakyat Indonesia yang sama-sama berada di penjara untuk bersatu melawan Belanda. Ternyata, seluruh penghuni penjara sepakat untuk mendukung keinginan Untung Suropati.
Untung Suropati beserta kawan-kawannya yang berada di penjara setiap hari memikirkan dan mengatur strategi agar bisa keluar dari penjara. Setelah semua diatur sebaik mungkin, Untung mulai beraksi. Untung dan semua pengikutnya bersiap melarikan diri dari penjara.
Waktu terus berjalan. Untung mulai berani melawan Belanda beserta pasukannya. Atas keberanian tersebut, Untung Suropati harus masuk penjara di Batavia (yang sekarang menjadi Jakarta). Selama Untung Suropati berada dalam penjara, kebenciannya terhadap Belanda meluap-luap. Oleh sebab itu, Untung selalu berusaha menyadarkan rakyat Indonesia yang sama-sama berada di penjara untuk bersatu melawan Belanda. Ternyata, seluruh penghuni penjara sepakat untuk mendukung keinginan Untung Suropati.
Untung Suropati beserta kawan-kawannya yang berada di penjara setiap hari memikirkan dan mengatur strategi agar bisa keluar dari penjara. Setelah semua diatur sebaik mungkin, Untung mulai beraksi. Untung dan semua pengikutnya bersiap melarikan diri dari penjara.
“Bagaimana keadaan di luar?” bisik
Untung kepada penghuni penjara yang dekat pintu keluar.
“Aman,” jawab salah seorang tahanan lainnya.
“Aman,” jawab salah seorang tahanan lainnya.
Untung
menggedor-gedor pintu penjara. Penghuni penjara lainnya mengikuti sehingga
suasana gaduh. Dua sipir penjara bergegas membuka pintu penjara tempat Untung
berada. Pada saat itulah dua sipir berhasil dilumpuhkan. Diambilnya kunci
penjara yang berada di pinggang sipir. Setiap orang Belanda yang dijumpai
dilumpuhkannya. Untung Suropati dan semua penghuni penjara melarikan diri ke
Mataram yang letaknya cukup jauh dari penjara itu. Selama dalam perjalanan
menuju ke Mataram, mereka terus memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya
untuk melawan belanda.
Mengetahui Untung sudah melarikan diri bersama-sama penghuni penjara lainnya, Komandan pasukan Belanda sangat marah. Semua pasukan dikerahkan untuk mengejar Untung Suropati dan kawan-kawannya.
“Tangkap Untung hidup atau mati,” perintah komandan pasukan Belanda
Semua pasukan Belanda ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan Untung Suropati. Untung Suropati dan kawan-kawannya merasa di Mataram bukan tempat yang cocok untuk melarika diri. Untung beserta pengikutnya terus bergerak, yang sampai akhirnya menemukan sebuah daerah yang selama ini mereka cari. Di daerah ini banyak orang yang mendukung sepak terjang Untung Suropati. Mereka mendirikan tempat persembunyian yang kokoh dan kuat sebagai tempat tinggal Untung Suropati dan kawan-kawannya. Benteng itu berpagar hutan bambu yang lebat bahkan sukar ditembus oleh manusia sekali pun. Dari situlah Untung Suropati menyusun kekuatan dan strategi melawan Belanda. Mereka mulai mengumpulkan semua peralatan perang, seperti senjata, pedang, keris, dan tombak yang dipersiapkan untuk melawan Belanda.
Mengetahui Untung sudah melarikan diri bersama-sama penghuni penjara lainnya, Komandan pasukan Belanda sangat marah. Semua pasukan dikerahkan untuk mengejar Untung Suropati dan kawan-kawannya.
“Tangkap Untung hidup atau mati,” perintah komandan pasukan Belanda
Semua pasukan Belanda ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan Untung Suropati. Untung Suropati dan kawan-kawannya merasa di Mataram bukan tempat yang cocok untuk melarika diri. Untung beserta pengikutnya terus bergerak, yang sampai akhirnya menemukan sebuah daerah yang selama ini mereka cari. Di daerah ini banyak orang yang mendukung sepak terjang Untung Suropati. Mereka mendirikan tempat persembunyian yang kokoh dan kuat sebagai tempat tinggal Untung Suropati dan kawan-kawannya. Benteng itu berpagar hutan bambu yang lebat bahkan sukar ditembus oleh manusia sekali pun. Dari situlah Untung Suropati menyusun kekuatan dan strategi melawan Belanda. Mereka mulai mengumpulkan semua peralatan perang, seperti senjata, pedang, keris, dan tombak yang dipersiapkan untuk melawan Belanda.
Belanda terus berusaha mencari tempat persembunyian Untung Suropati. Tentara dan mata-mata Belanda disebar ke seluruh pelosok untuk mencari dan menemukan tempat persembunyian Untung. Akhirnya tercium juga tempat persembunyian Untung Suropati. Belanda mengerahkan semua pasukannya menuju ke daerah Timur untuk menggempur Untung Suropati dan kawan-kawannya. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan melelahkan, sampailah pasukan Belanda di dekat tempat persembunyian Untung Suropati dan kawan-kawannya. Hanya saja, Belanda merasa kesulitan untuk mendekati tempat persembunyian Untung. Belanda tidak sanggup menembus hutan bambu yang lebat.
Belanda dan pasukannya bertambah kebingungan. Setiap ditanya, tak satu pun orang yang mau menjawab tentang tempat persembunyian Untung Suropati. Mereka selalu diam kalau ditanya. Mereka lebih memilih menghindar dari pasukan Belanda. Kalaupun mereka mau membantu, itu pun karena mereka diancam hendak dibunuh. Bahkan, ibu-ibu tua pun yang tidak mengerti apa-apa harus dibunuh karena tidak mau menunjukkan persembunyian Untung.
Belanda kehabisan akal. Sudah berbulan-bulan berada di daerah itu, tetapi sia-sia. Pimpinan pasukan Belanda memutuskan untuk menyebarkan uang logam di hutan bambu untuk menemukan Untung Suropati. Disiapkanlah berkarung-karung keping uang logam.
Belanda mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa di hutan bambu itu akan disebar berkarung-karung keping uang logam. Ternyata Belanda benar-benar melakukannya. Pada hari yang telah ditentukan oleh Belanda, semua rakyat mulai berbondong-bondong menuju ke tempat yang sudah ditentukan oleh Belanda. Beribu-ribu keping uang logam ditaburkan di seluruh hutan bambu itu. Di setiap sudut mata memandang, di situ terlihat keping uang logam yang memancarkan cahaya terkena sinar mentari.
Masyarakat belum berani mengambil uang logam itu. Mereka takut dengan pasukan Belanda yang berjaga-jaga. Hutan yang penuh dengan keping uang logam itu mulai menjadi bahan pembicaraan. Di sudut-sudut desa, di warung-warung, semua membicarakan tempat yang mirip pasar uang itu. Mereka belum tahu maksud Belanda menyebarkan beribu-ribu keping uang logam di hutan itu.
Beberapa masyarakat mulai timbul niat untuk bisa memiliki uang logam itu. Salah seorang memberanikan diri bertanya kepada salah satu prajurit Belanda.
“Maaf Menir, bolehkah saya mengambil
uang logam itu,” tanya Pak Tua yang terlihat gemetaran.
“Apa katamu?”kata prajurit itu berpura-pura tidak mendengar
“Anu, Menir. Uang itu aku ambil ya?
“Hem …, ya, silakan. Tapi, kamu babat dulu hutan bambu itu,” kata prajurit itu dengan suara lantang.
“Apa katamu?”kata prajurit itu berpura-pura tidak mendengar
“Anu, Menir. Uang itu aku ambil ya?
“Hem …, ya, silakan. Tapi, kamu babat dulu hutan bambu itu,” kata prajurit itu dengan suara lantang.
Tanpa
berpikir panjang, Pak tua mengambil sabit di rumahnya. Masyarakat
berbondong-bondong mengikuti langkah Pak Tua. Mereka berebut menebang hutan
bambu untuk mendapatkan uang logam yang telah disebar Belanda. Mereka dengan
mudah mendapatkan uang logam itu. Sampai akhirnya, tempat persembunyian Untung
Suropati ditemukan pasukan Belanda. Untung beserta pasukannya tertangkap.
Orang-orang yang mengambil uang logam dan membabat hutan juga ikut ditangkap.
Tempat yang dikenal sebagai pasar uang itu akhirnya terus dikenang warga. Sejalan dengan perjalanan waktu, bekas hutan bambu tersebut selanjutnya berubah nama menjadi “Pasuruan” yang sekarang menjadi salah satu nama kota di Jawa Timur, sedangkan nama Untung Suropati menjadi nama jalan dan sebuah sekolah yang ada di Pasuruan.
Tempat yang dikenal sebagai pasar uang itu akhirnya terus dikenang warga. Sejalan dengan perjalanan waktu, bekas hutan bambu tersebut selanjutnya berubah nama menjadi “Pasuruan” yang sekarang menjadi salah satu nama kota di Jawa Timur, sedangkan nama Untung Suropati menjadi nama jalan dan sebuah sekolah yang ada di Pasuruan.
Sebagai
Kesatria Indonesia, beliau mempunyai harga diri dan tahu menjaga harga diri.
Sebagai seorang pemimpin beliau selalu bersikap arif dan bijaksana, selalu
menolong dan melindungi rakyat kecil, sehingga rakyat merasa aman dan tenteram.
Pimpinan yang bertanggung jawab dan mempunyai wibawa yang besar di kalangan
anak buah dan rakyatnya.
Untung Surapati yang telah berhasil membangun kerajaannya dan
ber kuasa sebagai seorang raja di Pasuruan selama _+ 20 tahun, dengan gelar
Adipati Aria Wiranegara tetap konsekuwen sebagai seorang pejuang yang tidak mau
bekerja sama dengan Kompeni Belanda sampai titik darah penghabisan.
Keharuman nama Untung Surapati meliputi seluruh tanah air
Indonesia beliau sangat dihormati dan dimuliakan oleh rakyat Indonesia terutama
oleh masyarakat Jawa Timur, dan khususnya masyarakat Pasuruan.
Untung Surapati
terlahir dengan nama Surawiroaji, lahir di Bali, 1660 – meninggal dunia
di Bangil, Jawa Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun adalah seorang
tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi.
Kisahnya menjadi legendaris karena mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan
budak VOC yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan. Kisah
Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di
Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah
ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No.
106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.